Orang-orang Mesir kuno telah menghabiskan berabad-abad lamanya untuk mengembangkan teknik mummifying atau pengawetan mayat. Tetapi di sebuah pemakaman di kota kecil bernama San Bernardo , Kolombia , entah bagaimana caranya mayat-mayat di pemakaman tersebut menjadi mumi secara alami dalam peti mati mereka. Fenomena ini pertama kali diketahui 15 tahun yang lalu, oleh penggali kubur bernama Eduardo Cifuentes . Saat itu Eduardo memindahkan mayat-mayat tersebut untuk merapikannya. Kemudian ia terkejut dengan kondisi mayat yang seharusnya sudah menjadi tulang-belulang, malah masih dalam kondisi awet dan seperti mumi. Pemakaman itu penuh dengan mayat. Aku tidak suka menginjak mereka karena mereka adalah manusia seperti kita jadi aku mulai mengorganisir mereka, ungkap Eduardo. Ia mengatakan bahwa mayat seperti mumi ini telah ada sejak sekitar tahun 1957, tapi tidak ada yang memberikan perhatian kepada mayat-mayat itu. Saya menyukai gagasan menjaga mereka untuk anak cucu,
Siapa yang tidak mengenal media sosial yang satu ini? Sebagai salah satu situs jejaringan sosial terbesar dunia, hampir semua orang di penjuru dunia memiliki akun Facebook dan berinteraksi di dalamnya. Namun rupanya itu tidak berjalan baik pada warga jepang. Suatu waktu, pendiri facebook, Mark Zuckerberg , pernah mengirim undangan ke teman-teman mahasiswanya di Jepang untuk bergabung di Facebook. Akan tetapi, undangan tersebut sangat jarang ditanggapi oleh teman-temannya di sana. Kalaupun ada, hanya satu dua orang saja yang mau bergabung menjadi member, namun mereka yang bergabung juga sangat jarang aktif (online) di Facebook. Aktivitas mereka di Facebook hanya sekedar meninjau akun. Sedangkan yang lumayan berinteraksi di Facebook biasanya hanya para mahasiswa Jepang yang mempunyai banyak teman mahasiswa asing. Pada tahun 2008, Mark Zuckerberg mencari solusi untuk masalah tersebut, dia membuat aplikasi bahasa Jepang untuk menarik lebih banyak peminat Facebook dari n